KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, segala puji hanyalah milik Allah,
Rabb semesta alam. Sholawat beserta salam semoga tercurah kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarganya,
juga para sahabatnya, dan semoga keselamatan selalu tercurah kepada seluruh
kaum muslimin yang tetap istiqamah dijalan-Nya hingga waktu yang telah Allah
tentukan untuk mereka.
Pembahasan tentang pola hidup sederhana merupakan pembahasan yang
penting untuk diketahui oleh setiap insan muslim, khususnya teman-teman
mahasiswa. Oleh karena itu, didalam makalah ini penulis tidak hanya
menghadirkan makna kandungan ayat, tetapi juga kami menghadirkan pembahasan
tentang cara penerapan pola hidup sederhana yang insya Allah bermanfaat bagi
kita semua.
Ucapan terima kasih juga penulis hanturkan kepada orang-orang yang
telah membantu penulis dalam menemukan berbagai sumber yang penulis gunakan
didalam membuat makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah
Al-Qur’an dan Hadist. Mungkin kami sebagai penulis tidak dapat membuat makalah
ini dengan sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
teman-teman mahasiswa, dan khususnya dari dosen pengampu mata kuliah Al-Qur’an
dan Hadist. Wa billahit taufiq wal hidayah Wassalamu‘alaikum warahmatullahi
wabarakaatuh.
Bandar Lampung, 6 Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 3
a.
Latar
Belakang masalah......................................................................................... 3
b.
Rumusan
Masalah.................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 4
A.
Ayat Al-Qur’an tentang pola hidup sederhana................................................... 4
1.
QS.
Al-Israa ayat 26-30......................................................................................... 4
a.
Isi
kandungan QS. Al-Israa ayat 26-30........................................................... 5
2.
QS.
Al-Furqan ayat 67.......................................................................................... 7
a.
Isi
kandungan QS. Al-Furqan ayat 67............................................................. 7
3.
QS.
Al-Qashash ayat 79-82................................................................................... 7
a.
Isi
kandungan QS. Al-Qashash ayat 79-82..................................................... 8
B.
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang perintah menyantunni kaum dhu’afa........... 11
1.
QS.
Al-Israa ayat 26&27..................................................................................... 12
a.
Penjelasan QS. Al-Israa ayat 26&27............................................................ 12
2.
QS. Al-Baqarah
ayat 177.................................................................................... 12
a.
Isi
kandungan QS. Al-Baqarah ayat 177....................................................... 13
C.
Hadist tentang pola hidup sederhana dan menyantunni kaum dhu’afa...... 14
D.
Penerapan pola hidup sederhana..................................................................... 16
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 18
A.
KESIMPULAN................................................................................................. 18
B.
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan tentang pola hidup
yang sederhana, hal ini tergambar pada pribadi Nabi Muhammad Shollallahu
‘alaihi wasallam. Banyak ayat al-qur’an dan juga hadist yang menjelaskan
tentang pola hidup sederhana dan juga perintah untuk menyantuni kaum dhu’afa’
yang urgent untuk diketahui oleh setiap penuntut ilmu. Islam mengajarkan kepada
setiap orang yang memeluknya untuk berbuat baik kepada sesamanya terlebih
kepada orang-orangg yang lemah yang membutuhkan bantuan dari orang lain.
Berlatarbelakang pada pentingnya pembahasan pada dua topik tersebut yang
membuat penulis merasa lebih bersemangat dalam membuat makalah ini, yang
penulis harapkan bisa bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa.
B.
Rumusan
masalah
1.
Ayat-ayat
al-qur’an tentang pola hidup sederhana ?
2.
Ayat-ayat
al-qur’an tentang perintah untuk menyantuni kaum dhu’afa ?
3.
Hadist
tentang pola hidup sederhana dan anjuran untuk menyantuni kaum dhu’afa ?
4.
Penerapan
pola hidup sederhana dan berbuat baik kepada kaum dhu’afa ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang pola hidup
sederhana
1.
Al-Qur’an surah al-Israa Ayat 26-30
وات ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل ولاتبذر تبذيرا ان المبذرين كانوا اخوان الشيطين وكان الشيطن لربه كفورا واماتعرضن عنهم ابتغاء رحمة من ربك ترجوها
فقل لهم قولا ميسورا ولا تجعل يدك
مغلولة الى عنقك ولا تبسطها كل البسط فتقعد ملوما محسورا ان ربك يبسط الرزق لمن يشاء ويقدر انه كان بعباده خبيرا بسيرا
Artinya : 26. Dan berikanlah
kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. 27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudaranya
setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhan-nya. 28. Dan
jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhan-mu yang kamu
harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas. 29. Dan
janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya,
karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. 30. Sesungguhnya
Tuhan-mu melapangkan rizeki kepada siapa yan dia kehendaki dan menyempitkannya;
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui dan Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
a. Isi
kandungan surah Al-Israa; ayat 26-30
Pada ayat ke 26, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan supaya berlaku
baik kepada kedua orangtua, karena keduanyalah yang merupakan sebab yang nyata
dari keberadaan seorang anak manusia. Lalu, diperintahkan pula agar memberikan
hak-hak kerabat yang dekat, kemudian diperintahkan supaya memperbaiki keadaan
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, karena dengan
memperbaiki keadaan mereka berdua, berarti memperbaiki keadaan masyarakat.
Sebab, umat islam seluruhnya adalah bersaudara, masing-masing dari mereka
merupakan tangan yang patut memberikan pertolongan kepada sesamanya. Kemudian
dilanjutkan dengan larangan untuk berlaku boros.[1]
Sementara itu, M. Quraish Shihab menjelaskan kata (اخوان) ikhwan pada ayat ke 27, merupakan bentuk jamak dari kata
(اخ) akh yang biasa diterjemahkan saudara. Dari sini persamaan
dalam asal usul keturunan mengakibatkan persaudaraan, baik asal usul
jauh, lebih-lebih yang dekat. Persaudaraan stan dengan pemboros adalah
persamaan sifat-sifatnya, serta keserasian antar keduanya. Mereka berdua sama
melakukan hal-hal yang bathil. Persaudaraan itu dipahami oleh ibn ‘Asyur dalam
arti kebersamaan dan ketidakberpisahan setan dengan pemboros. Ini karena
biasanya saudara selalu bersama saudaranya dan engaan berpisah dengannya.
Penyifatan setan dengan kafur/sangat ingkar
merupakan peringatan keras kepada para pemboros yang menjadi teman
setan itu, bahwa persaudaraan dan kebersamaan mereka dengan setan dapat
menghantarkan mereka pada kekufuran.[2]
Pada ayat ke 28 menjelaskan bahwa seseorang
tidak selalu memiliki harta atau sesuatu untuk dipersembahkan kepada keluarga
mereka yang butuh. Namun paling tidak rasa kekerabatan dan persaudaraan serta
keinginan membantu harus selalu menghiasi jiwa manusia, karena itu ayat
tersebut menuntun dan jika kondisi keuangan dan kemampuan tidak
memungkinkan untuk membantu mereka sehingga
memaksa engkau berpaling dari mereka bukan karena enggan membantu , tetapi
berpaling dengan harapan suatu ketika engkau akan membantu setelah berusaha dan
berhasil untuk memperoleh rahmat dari Tuhan Pemelihara dan yang selama
ini selalu berbuat baik kepadamu, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang
mudah yang tidak menyinggung perasaannya dan melahirkan harapan dan
optimisme.[3]
Ayat ke 29 merupakan salah satu ayat yang
menjelaskan salah satu hikmah yang sangat luhur, yakni kebajikan yang merupakan
pertengahan antara dua ekstrim. Keberanian adalah pertengahan antara
kecerobohan dan sifat pengecut. Kedermawanan adalah pertengahan antara
pemborosan dan kekikiran, demikian seterusnya.[4]
Ayat ke 30 menunjukkan bahwa rezeki yang
disediakan Allah SWT untuk setiap hamba-Nya mencukupi masing-masing yang
bersangkutan. Dari satu sisi manusia hanya dituntut untuk berusaha semaksimal
mungkin untuk memperolehnya, kemudian menerimanya dengan rasa puas disertai
dengan rasa keyakinan bahwa itulah yang terbaik untuknya masa kini dan
mendatang.dari sisi lain ia harus yakin bahwa apa yang gagal diperolehnya
setelah usaha maksimal itu hendaknya ia yakini bahwa hal tersebut adalah yanng
terbaik untuk masa kini dan masa depannya. Karena itu ia tidak perlu melakukan
kegiatan yang bertentangan dengan tuntunan Allah SWT, untuk memperoleh rezeki,
karena apa yang diperolehnya melalui jalan yang tidak direstui oleh Allah,
pasti akan merugikannya, kalau bukan sekarang didunia ini, maka di akhirat
kelak.[5]
2. Al-Qur’an
surah Al-Furqan ayat 67
والذين اذا انفقوا لم يسرفوا وكان بين ذالك
قواما
Artinya : 67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang demikian.
a. Isi
kandungan surah Al-Furqan ayat 67
Orang-orang yang tidak berlaku mubadzir didalam
mengeluarkan nafkah, maka tidak mengeluarkannya lebih dari kebutuhan, tida pula
kikir terhadap diri mereka, sehingga mengabaikan kewajiban terhadap diri mereka
dan keluarga mereka, sehingga mengeluarkannya secara adil dan pertengahan, dan
sebaik-baik perkara adalah yang paling pertengahan.
3. Al-Qur’an
surah Al-Qashash ayat 79-82
فخرج على قومه في زينته
قال الذين يريدون الحيوة الدنيا يليت لنا مثل ما اتي قارون انه لذو حظ عظيم وقال الذين اوتوا العلم ويلكم ثواب الله خير
لمن امن وعمل صالحا ولا يلقها الا
الصبرون فخسفنا
به وبداره الارض فما كان له من فئة
ينصرونه من دون الله وما كان من
المنتصرين واصبح الذين تمنوا مكانه
بالامس يقولون ويكان الله يبسط الرزق لمن يشاء من عباده ويقدر لولا ان من الله علينا لخسف بنا ويكانه لا يفلح الكفرون
Artinya :
79. Maka keluarlah
Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang
menghendaki dunia, “semoga kita kiranya mempunyai seperti apa yang telah
diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan
yang besar.” 80. Berkatalah orang-orang yang dianugrahi ilmu,
“kecelakan besarlah bagi kalian, pahala Allah adalah lebih baik bagi
orangporang yang beriman dan beramal sholeh, dan tidaklah pahala itu diperoleh,
kecuali orang-orang yang sabar.”
81. Maka kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya kedalam
bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab
Allah. Dan tiadalah dia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). 82. Dan jadilah orang-orang
yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata, “aduhai, benarlah
Allah melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dari para hamba-Nya
dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpakan karunia-Nya atas kita, benar-benar
Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang
yang mengingkari (nikmat Allah).
a. Isi
kandungan surah Al-Qashash ayat 79-82
Nasihat yang disampaikan kepada Qarun tidak digubris olehnya. Bahkan
tidak lama setelah dinasehati, keangkuhannya lebih menjadi-jadi. Maka
keluarlah ia kepada kaumnya yakni khalayak ramai dalam kemegahnya yang
menyilaukan mata orang-orang yang lemah iman. Berkata mereka yang senantiasa
menghendaki kehidupan dunia, yakni yang menjadikan tumpuan perhatian dan
tujuan hidupnya adalah kenikmatan duniawi. Moga-moga kiranya kita
memiliki dan diberi oleh siapa pun
harta benda seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; Sesungguhnya ia yakni
Qarun benar-benar mempunyai bagian yang besar dari keberuntungan dan
kenikmatan duniawi. Mendengar ucapan itu, dan berkatalah orang-orang yang
dianugrahi ilmu namun tidak dianugrahi harta sebanyak Qarun: “Sungguh aneh
ucapan kalian, atau kebinasaan bagi kamu
jika bersikap dan berkeyakinan seperti itu. pahala yang disediakan Allah adalah jauh lebih
baik daripada apa yang dimiliki dan dipamerkan oleh Qarun ini. Pahala Allah
itu bagi orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, dan tidak diperolehnya, yakni pahala itu, atau nasihat itu
tidak diamalkan kecuali oleh orang-orang sabar dan tabah melaksanakan konsekuensi
keimanan dan amal saleh serta menerima ujian dan cobaan dari Allah SWT.[6]
Pada ayat ke 79 dan 80, menjelaskan bahwa Qarun sengaja tampil
didepan kaumnya dengan seluruh kemegahannya walau ia telah dinasehati. Sikapnya
itu menunjukan betapa ia bersikeras dalam kedurhakaan. Karena itu menjadi
sangat wajar bila ia menerima sanksi Ilahi. Ayat tersebut menerangkan bahwa
disebabkan kedurhakaan Qarun itu, maka Allah melongsorkan tanah sehingga ia
terbenam beserta rumahnya serta seluruh perhiasan dan kekayaannya kedalam perut
bumi. Dan tidak ada satupun kaum yang dapat menolongya dari sanksi tersebut.
Ucapan kaum beriman yang menyatakan: Benarlah
Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, secara
tidak langsung membuktikan kekeliruan Qarun , bahkan boleh jadi juga dugaan
mereka sebelum peristiwa longsor itu, bahwa harta benda Qarun diperoleh karena
pengetahuannya, bukan oleh jasa siapa pun, atau bahwa kekayaan adalah pertanda
kasih Allah. Disini mereka mengakui bahwa tidak dari pengetahuan, tidak juga
ketaatan atau kekufuran yang menjadi sempit atau luasnya rezeki. Tetapi karena
adanya sunnatullah yang ditetapkan-Nya diluar itu semua.[7]
Disini terdapat peringatan keras
bagi kita, banyak diantara orang-orang yang memamerkan nikmatnya hanyalah untuk
menyombongkan dan membanggakan diri, tak jarang diantara orang yang mengadakan
pesta dan jamuan dalam pesta perkawinan atau pertemuan-pertemuan, maksudnya
hanyalah memamerkan kekayaannya yang berlimpah dihadapan kaum kerabatnya,
sehingga ia telah menjadi Qarun dimasanya, yang akibatnya, diri dan hartanya
habis ditelan bumi, Allah melenyapkan kekayaannya dan menjadikannya sebagai pelajaran
bagi orang yang mau mengambil pelajaran.
Al-Qur’an menyajikan kisah ini kepada kita,
tiak lain dalam rangka memperlihatkan bahwa hukuman atas kesombongan dan
membanggakan diri tidak hanya akan terjadi di akhirat, tetapi juga di
dunia,sebagaimana banyak terjadi pada kaum muslimin dewasa ini.
Banyak
manusia lengah akan maksud harta kekayaan, sehingga mereka menafkahkannya
dengan maksud riya dan membanggakan diri. Akibatnya, rumah dan harta kekayaan
mereka lenyap dan menjadi milik orang lain. Ini adalah pembenaman
besar-besaran, akan tetapi pembenaman Qarun tidak ada artiya sama sekali jika
dibandingkan dengan pembenaman dewasa ini, pembenaman terhadap bangsa, bukan
terhadap individu. Setiap negara islam dimasuki oleh perampok yang
kemudian membuat para penduduknya menjadi budak dan kornab ketamakkannya.
Pembenaman terhadap suatu bangsa (umat) lebih berbahaya daripada pembenaman
terhadap individu. Biarlah individu dibenamkan, umat tetap kekal. Akan tetapi
jika dibiarkan berkelanjutan, maka negara akan menjadi milik perampok satu
demi satu, sehingga tidak tersia selain yang diberi rahmat Allah.hal itu
terjadi tidak lain disebabkan oleh kebodohan umat terhadap agamanya, dan tidak
mengikuti hukum-hukumnya, disamping lengah akan maksud-maksudnya.[8]
Apa yang diriwayatkan kaum mufassir salaf
tentang perhiasan Qarun, terhdapat hal-hal yang membuat kita harus berhati-hati
dalam meyakini, bahwa cerita-cerita israiliyyat telah banyak menyelimutinya
diantaranya ialah apa yang diriwayatkan Qatadah, bahwa Qarun keluar bersama
para pengawalnya dengan mengendarai 4.000 binatang dan mereka mengenakkan
pakaian merah. Disamping itu, binatang-binatang mereka dihiasi kain beludru
yang terbuat dari benang pohon yang bunganya berwarna merah.
Dalam riwayat dari Muqatil dikatakan, bahwa Qarun keluar dengan mengendarai
seekor binatang bagal yang kuat, yang diatasnya terdapat pelana dari emas, ia
dikawal oleh 4.000 penunggang kuda yang mengenakan pakaian beludru dari benang
pohon yang bunanya berwarna merah, dengan 300 budak perempuan berkulit putih
yang mengenakan perhiasan dan pakaian berwarna merah diatas bagal-bagal yang
kuat.[9]
B. Ayat-ayat
Al-Qur’an tentang perintah menyantuni kaum dhu’afa
Sebelum
kita membahas ayat-ayat Al-Qur’an tentang perintah untuk menyantuni kaum
dhu’afa, terlebih dahulu kita bahas makna dari menyantuni kaum dhu’afa. Kata
dhu’afa sendiri berasal dari bahasa Arab (ضعفاء) yang merupakan bentuk jamak dari kata (ضعيف)
yang artinya adalah orang yang lemah. Makna
dari menyantunni kaum dhu’afa ialah memberikan harta atau barang yang bermanfaat
untuk kaum dhu’afa, kaum dhu’afa sendiri ialah orang yang lemah atau orang yang
tidak punya apa-apa, dan mereka harus disantunni sebagai kewajiban muslim untuk
saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Perlu digaris
bawahi, bahwa “memberi” tidak harus dengan uang, akan tetapi kita bisa
memberikan barang-barang yang lain, seperti memberikan makanan yang nanti
ibadahnya akan mengalir terus seperti halnya infak dan kalau sudah diberi akan
jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal saja barang yang diberikan
digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal positif lainnya akan mendapat
pahala yang sama, ketika ia gunakan tadi, sebaliknya degan digunakan mencopet
atau judi kita tidak akan mendapat pahala buruk dari orang miskin itu, in syaa
Allah pahalanya tidak akan berkurang setelah memberi kepada orang miskin itu.
1. Surah
Al-Israa ayat 26-27
وات ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل
ولاتبذر تبذيرا ان المبذرين كانوا اخوان
الشيطين وكان الشيطن لربه كفورا
Artinya: 26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. 27. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudaranya setan dan setan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhan-nya.
a. Penjelasan
surah Al-Israa Ayat 26 dan 27
Allah Ta’ala memerintahkan kepada
manusia agar memberikan hak-hak kerabat yang dekat, kemudian Allah Ta’ala
memerintahkan supaya mempperbaiki keadaan orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan, karena dengan memperbaiki keadaan mereka berdua, berarti
memperbaiki keadaan masyarakat. Sebab, umat islam seluruhnya adalah bersaudara,
masing-masing dari mereka merupakan tangan yang patut memberikan pertolongan
kepada sesamanya. Kemudian dilanjutkan dengan larangan untuk berlaku boros.
2. Al-Qur’an
surah Al-Baqarah ayat 177
ليس البرا ان تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر
من امن باالله وليوم الاخر والملئكة والكتب والنبين واتى المال على حبه ذوى القربى
واليتمى والمسكين وابن السبيل والسائلين
وفي الرقاب واقام الصلوة واتى الزكوة
والموفون بعهدهم اذا عاهدوا
والصبرين في البئ ساء والضراء وحين البئ س
الئك الذين صدقوا والئك هم المتقون
Artinya : 177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke timur
dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah
kebaktian orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
a. Isi kandungan
surah Al-Baqarah ayat 177
Allah Ta’ala
menjelaskan bahwa menghadap kiblat secara tertentu itu bukan merupakan
kebajikan yang dimaksud agama. Sebab, disyari’atkannya dan menghadap kiblat itu
hanya untuk mengingatkan orang yang sedang menjalani shalat bahwa dirinya dalam
keadaan menghadap Tuhannya.
Iman kepada Allah
adalah dasar dari semua kebajikan. Dan kenyataan ini takkan pernah terbukti
melainkan jika iman tersebut telah meresap didalam jiwa dan merayap keseluruh
pembulu nadi yang disertai dengan sikap khusyu’, tenang, taat, patuh dan
hatinya tidak akan meledak-ledak lantaran mendapatkan kenikmtan, dan tak
berputus asa ketika tertimpa musibah.[10]
Mengeluarkan harta kepada orang-orang yang membutuhkan karena
belas kasihan terhadap mereka, adalah ditujukan kepada orang-orang sebagai
berikut:
1. Sanak famili yang membutuhkan, mereka
adalah orang yang paling berhak menerima uluran tangan.
2. Anak-anak yatim, yakni anak-anak kaum
miskin yang tidak mempunyai ayah yang memberi nafkah kepada mereka.
3. Kaum fakir miskin, mereka adalah
orang-orang yang tidak mampu berusaha mencukupi hidupnya.
4. Ibnu sabil, dan juga orang yang sedang
melaksanakan perjalanan jauh (musafir).
5. Orang yang meminta-minta, yakni orang yang
terpaksa melakukan pekerjaan meminta-minta kepada orang lain karena terdesak
kebutuhan yang dirasa sangat berat.
6. Memerdekakan budak atau hamba sahaya.
Memberikan santunan
terhadap golongan-golongan tersebut tidaklah terikat oleh waktu-waktu
tertentudan tidak disyaratkan mencapai suatu nishab tertentu seperti zakat. Hal
ini diserahkan sepenuhnya kepada mereka masing-masing yang akan memberikan
santunan.[11]
C. Hadist
tentang pola hidup sederhana dan perintah utuk menyantuni kaum dhu’afa
وعن ابى
امامة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يا ابن ادم
انك ان تبذ ل الفضل خير لك , وان تمسكه شر لك , ولا تلام على كفاف, وابداء بمن
تعول (رواه الترمذى)
Dari Abu Umamah ra., ia berkata : “Rasulullah SAW. Bersabda : “Wahai
anak Adam, sesungguhnya jika kamu memberikan kelebihan hartamu, maka itu lebih baik
bagimu, dan jika kamu menahannya, maka itu sangat jelek bagimu. Kamu tidaklah
dicela dalam kesederhanaan. Dan dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu.”[12]
وعن ابى امامة اياس بن ثعلبة الانصارى
الحارثى رضي الله عنه قال : ذكر اصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما عنده
الدنيا فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الا تسمعون ؟ الا تسمعون ؟ ان البذاذة
من الايمان, ان البذاذة من الايمان (رواه الابو داود)
Dari Abu Umamah iyas bin tsa’labah
Al-Anshoriy Al-Haritsiy ra., ia berkata : pada suatu hari, para sahabat
Rasulullah SAW. Membicarakan masalah dunia, kemudian Rasulullah SAW. Bersabda :
“apakah kalian tidak mendengar ? apakah kalian tidak mendengar ? “sesungguhnya
kesederhanaan itu itu bagian dari iman.[13]
وعن ابى هريرة رضي
الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم كافل اليتيم له او بغيره انا
وهوكاتين في الجنة, واشار الراوى وهو مالك بن انس بالسببة والوسطى (رواه المسلم)
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW.
Bersabda : “orang yang menanggung anak yatim baik anak yatim itu ada hubungan famili
atau tidak, maka saya dan orang yang menanggungnya seperti dua jari ini,
didalam surga.”
Malik bin Anas perawi hadist itu mengatakan,
beliau memberi isyarat dari jari telunjuk dan jari tengah.[14]
D. Penerapan
pola hidup sederhana
Islam tidak
melarang umatnya memiliki harta sebanyak – banyaknya, bahkan sangat dianjurkan
untuk berusaha sekuat tenaga mendapatkan harta yang banyak dan halal, dan
menggunakannya sesuai dengan petunjuk Allah SWT.
Ada beberapa perilaku orang muslim yang
mengamalkan pola hidup sederhana dalam perilaku kehidupan sehari – hari,
diantaranya sebagai berikut :
a.
Tidak bersikap sombong dengan harta
yang dimilikinya
Kebiasaan manusia, ketika memiliki
suatu kelebihan selalu bersikap sombong dan angkuh. Namun, itu hanya dilakukan
oleh orang – orang yang tidak beriman. Adapun bagi mereka yang memiliki
keimanan yang kuat serta mengamalkan isi kandungan ayat Al-Qur’an, niscaya
tidak bersikap sombong atas harta yang dimilikinya. Meskipun harta kekayaannya
tersebut sangat melimpah ruah, tak terhitung jumlahnya dan tak ternilai
harganya, namun ia tetap bersikap rendah hati, sopan dalam ucapan, santun dalam
perbuatan, dan selalu bersikap dermawan kepada sesam. Dengan demikian, hartanya
mendatangkan berkah dari Allah SWT.
b.
Menjadikan harta sebagai media untuk
beribadah kepada Allah SWT
Harta adalah titipan AllahSWT, yang
harus digunakan sesuai dengan kehendak pemberinya. Seorang yang beriman dan
mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an , niscaya menjadikan harta sebagai media
untuk beribadah kepada Allah SWT, baik dengan cara bersedekah, berzakat, maupun
cara – cara lainnya. Jadi, semakin banyak harta yang dimilikinya, akan semakin
rajin ibadahnya kepada Allah SWT.
c.
Menjadikan harta sebagai penunjang
untuk mencari ilmu
Menyadari betapa pentingnya ilmu
pengetahuan, baik ilmu agama maupun umum, tentu setiap muslim wajib mencari
ilmu dan mempelajarinya sepanjang hayat. Untuk mencari ilmu diperlukan biaya
yang cukup, maka adanya harta kekayaan dapat digunakan sebagai media atau alat
untuk mencari ilmu. Semakin banyak harta seorang muslim, hendaknya semakin
tinggi ilmu dan pendidikan yang didapatnya. Sebab dengan harta itu, peluang
untuk mendapatkan ilmu dan pendidikan semakin terbuka luas.
d.
Menghindari sikap boros
Harta memang manis dan sangat
menyenangkan. Kita dapat melakukan apa saja dengan harta yang dimiliki. Tetapi
seorang muslim yang beriman dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an, niscaya
tidak akan melakukan perbuatan hura–hura, dan menghambur-hamburkan harta yang
dimilikinya. Melainkan semakin bertambah hartanya, hidupnya semakin sederhana
dan hatinya semakin merendah. Ia akan menggunakan hartanya sesuai keperluan dan
sesuai petunjuk Allah SWT.[15]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Banyak ayat Al-Qur’an dan juga Hadist Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam
yang menjelaskan tentang pola hidup sederhana. Banyak pula ayat-ayat Al-Qur’an
yang didalamnya terdapat perintah untuk menyantuni kaum dhu’afa, seperti pada
surah Al-Israa ayat 26-30.
Pola
hidup sederhana bisa diterapkan oleh kaum muslimin melalui cara-cara berikut :
1. Tidak bersikap sombong dengan harta yang
dimilikinya.
2. Menjadikan harta sebagai media untuk
beribadah kepada Allah SWT.
3. Meenjadikan harta sebagai penunjang untuk
mencari menghindari sikap boros.
Mengeluarkan harta kepada
orang-orang yang membutuhkan karena belas kasihan terhadap mereka, adalah
ditujukan kepada orang-orang sebagai berikut:
7. Sanak famili yang membutuhkan, mereka
adalah orang yang paling berhak menerima uluran tangan.
8. Anak-anak yatim, yakni anak-anak kaum
miskin yang tidak mempunyai ayah yang memberi nafkah kepada mereka.
9. Kaum fakir miskin, mereka adalah
orang-orang yang tidak mampu berusaha mencukupi hidupnya.
10. Ibnu sabil, dan juga orang yang sedang
melaksanakan perjalanan jauh (musafir).
11. Orang yang meminta-minta, yakni orang yang
terpaksa melakukan pekerjaan meminta-minta kepada orang lain karena terdesak
kebutuhan yang dirasa sangat berat.
12. Memerdekakan budak atau hamba sahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Terj.
Hery Noer Aly, Anshori
Umar, Bahrun Abubakar, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, CV. Toha
Putra; Semarang, cet. 1, 1988
An-Nawawi, Riyadhus Sholihin, terj. Achmad Sunarto, Terjemah Riyadhus
Sholihin, Jakarta: Pustaka Amani, ,
jilid.1 thn. 1999.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,
Lentera Hati; Jakarta, vol.7, thn. 2002
http://afikageminius.blogspot.co.id/2013/05/pola-hidup-sederhana-dan-perintah.html
1.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Terj.
Hery Noer Aly, Anshori Umar, Bahrun Abubakar, Terjemah Tafsir Al-Maraghi,
CV. Toha Putra, cet. 1, 1988, hlm. 56
12.
An-Nawawi,
Riyadhus Sholihin, terj. Achmad Sunarto,Terjemah Riyadhus Sholihin,
Jakarta: Pustaka Amani, thn. 1999, jilid.1, hlm . 486
Inilah Saatnya Menang Bersama Legenda QQ
BalasHapusSitus Impian Para pecinta dan peminat Taruhan Online !!!
Hanya Dengan 1 id bisa main 7 games boss !!!
CAPSA SUSUN | PLAY POKER | BANDAR POKER | BandarQ | Domino99 | AduQ | SAKONG Terbaik
Keunggulan Legenda QQ :
- MINIMAL DEPO & WD 20.000
- PROSES DEPO & WD TERCEPAT
- KARTU-KARTU BERKUALITAS DISAJIKAN
- CS RAMAH & INSPIRATIF SIAP MEMBANTU 24 JAM
- TIPS & TRIK MENJADI KEUNGGULAN SITUS INI
Ubah mimpi anda menjadi kenyataan bersama kami !!!
Dengan Minimal Deposit dan Raih WD sebesar" nya !!!
Contact Us :
+ website : legendapelangi.com
+ Skype : Legenda QQ
+ BBM : 2AE190C9